Ngawi- Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur mencatat jumlah kasus HIV/AIDS di wilayah setempat terus meningkat sejak awal 2002 hingga akhir November 2015 telah mencapai 283 orang. "Dari jumlah 283 penderita tersebut, sebanyak 134 orang di antaranya telah meninggal dunia," kata Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Ngawi, Jaswadi, kepada wartawan koran pagi, Kamis. ( 28/1 ).
Menurutnya bahwa sebanyak 283 kasus HIV/AIDS tersebut tersebar di 19 kecamatan yang ada di Ngawi. Namun, paling banyak diketahui terjadi di Kecamatan Paron, kendal, dan kedunggalar. Pihaknya mencatat, temuan baru kasus HIV/Aids di Ngawi cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Seperti pada tahun 2014, temuan baru kasus HIV/AIDS melonjak dua kali lipat jika dibandingkan dengan tahun 2013. Yakni dari 32 penderita di tahun 2013 menjadi 63 orang dengan HIV/AIDS di tahun 2014.
Bahkan, dimungkinkan jumlah kasus yang ada lebih besar dari yang tercatat oleh dinas kesehatan setempat. Hal itu karena para perisiko enggan memeriksakan dirinya secara sukarela ke klinik Voluntary Counseling Test (VCT) yang telah disediakan, seperti di RSUD Ngawi dan Pukesmas Kabupaten Ngawi, di dirikan tahun 2014. Sebagai rumah sakit rujukan dalam menangani penderita HIV dan tes bagi yang terindikasi infeksi virus tersebut. ‘’ Kita dari dinkes telah mendirikan klinik VCT untuk test penyakit dan antisipasi penularan sedini mungkin,’’ ujarnya.
Adapun, penyebaran virus HIV/AIDS terbanyak tercatat karena ditularkan melalui hubungan seks bebas. Bahkan, terkadang para istri atau suami tidak mengetahui jika telah terserang virus HIV/AIDS dari pasangannya yang sebelumnya melakukan seks bebas dengan WPS atau orang terjangkit HIV lainnya. Sisanya, ditularkan melalui penggunaan narkoba dengan jarum suntik, perilaku kaum gay, dan wanita pekerja seks (WPS). "Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/Aids terus dilakukan. Di antaranya dinkes dan lembaga terkait lainnya terus melakukan pendampingan dan sosialisasi tentang bahayanya penyakit HIV/AIDS," tuturnya.
Sosialisasi diberikan kepada masyarakat, baik umum maupun para perisiko tinggi, serta para penderita atau orang dengan HIV/AIDS (ODHA) bersama keluarganya. Pihaknya mengakui saat ini masih banyak pandangan buruk dari masyarakat terhadap ODHA. Hal inilah yang menimbulkan kondisi ODHA makin memburuk karena tidak mendapat penanganan yang baik. Untuk itu, dinkes bekerja sama denga lembaga terkait terus memberikan pendampingan dan edukasi kepada masyarakat bahwa ODHA tidak perlu dikucilkan. ‘’ Dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait penyakit ini, di harapkan mereka tidak menjauhi penderita HIV bahkan bila perlu di rangkul dengan memberi dukungan agar tetap semangat menjalankan hidupnya,’’ jelasnya.
Yang lebih penting adalah imbauan kepada warga Ngawi yang telah berkeluarga untuk memiliki kesadaran tinggi dalam menjaga hidup sehatnya, khususnya setia kepada pasangannya. Dengan tidak melakukan hubungan seks bebas, diharapkan jumlah penderita HIV/AIDS di wilayah setempat bisa ditekan di tahun-tahun mendatang. ‘’ Bagi yang sudah berkeluarga untuk tidak sembarangan menyalurkan hasrat agar tidak terkena penyakit yang bisa merugikan semuanya termasuk keluarganya sendiri,’’ pungkasnya. (Dnt/Drg)